Kementerian PUPR Dukung Pengurangan Sampah Dari Sumbernya

By Admin

nusakini.com-- Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengajak seluruh masyarakat untuk mendukung gerakan kerelawanan menuju Indonesia bebas sampah pada tahun 2020. Menteri Basuki juga memberikan apresiasi terhadap gerakan para relawan untuk mewujudkan hal tersebut.  

“Saya yakin hanya dengan gerakan kolektif yang masif, kita bisa berhasil dalam melakukan pengelolaan sampah,” kata Menteri Basuki dalam penyataannya dalam menyambut peringatan Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh setiap tanggal 21 Februari. 

Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2017 diperingati untuk mengajak masyarakat dan meningkatkan kesadaran terhadap pengelolaan sampah. Kegiatan HSPN yang bertemakan “Peduli Sampah Nasional 2017” juga sejalan dengan pembangunan yang berkelanjutan untuk mewujudkan Indonesia Bebas Sampah tahun 2020. Dampaknya tentu bukan hanya dirasakan oleh masyarakat Indonesia, tapi juga menambah kenyamanan wisatawan asing yang masuk ke berbagai destinasi wisata Indonesia yang terus bertambah jumlahnya. 

Selain itu, menurut Menteri Basuki, gerakan kerelawanan ini sejalan dengan program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) yang ada di Kementerian PUPR untuk merealisasikan target 100-0-100 ditahun 2019, yakni 100 persen pemenuhan air bersih, 0 persen kawasan kumuh di perkotaan, dan 100 persen pelayanan sanitasi bagi masyarakat Indonesia.  

“Konsep 3R yaitu Reduce, Reuse, Recycle akan jauh lebih efektif apabila kita dapat mengurangi sampah sejak dari sumbernya, baik yang berasal dari rumah tangga maupun pabrik-pabrik," jelas Basuki. 

Sementara itu, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Sri Hartoyo mengungkapkan untuk mendorong pengurangan timbunan sampah, Kementerian PUPR memiliki program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) dimana salah satunya adalah TPS 3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle).

Disamping mengurangi kuantitas sampah, adanya TPS 3R juga memberikan pembelajaran pengelolaan sampah kepada masyarakat melalui sumbernya dan penyerapan tenaga kerja.  

“Jadi tidak semua sampah dari asal atau sumbernya itu diambil dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan keterlibatan masyarakat, timbunan sampah bisa berkurang hingga 70%,” jelas Sri.  

Salah satu contoh pembangunan TPS 3R Pada 2016 yang merupakan kerja bersama antara Kementerian PUPR, Pemerintah Daerah dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yakni di Muara Jepu, Provinsi Bangka Belitung dan Amrih Lestari di Yogyakarta yang mengolah sampah menjadi pupuk.  

Dalam pembangunannya, TPS 3-R dibangun dengan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Swadaya masyarakat. Kegiatan yang dilakukan untuk merealisasikan TPS-3R adalah sosialisasi pada tahap awal, penyusunan rencana Kerja Masyarakat (RKM), pelaksanaan konstruksi TPS-3R dan monitoring serta evaluasi pasca konstruksi.  

Di Muara Jepu, TPS-3R dibangun diatas lahan seluas 200 meter persegi dan memanfaatkan tanah hibah. Pilihan teknologi yang digunakan adalah kompos sistem open windrow dan keranjang Takakura Susun. Pendanaannya bersumber dari APBN sebesar Rp 400 juta dan swadaya masyarakat sebesar Rp 6 juta, yang dapat melayani hingga 120 KK.  

Sedangkan, TPS 3R Amrih Lestari yang memiliki luas 200 meter persegi di atas tanah kas desa. Meski menggunakan dana yang lebih sedikit dari APBN sebesar Rp382,1 juta, namun KSM Amrih Lestari dapat melayani sekitar 400 hingga 500 KK. 

Dalam periode 2016-2019, ditargetkan dapat dibangun TPS 3R di 5.279 lokasi dengan kebutuhan dana sekitar Rp 1 triliun. (p/ab)